Angin berhembus pelan, menyelinap di antara dedaunan yang berbisik lirih. Ia datang tanpa suara, membawa kesejukan yang menyentuh kulit dengan lembut. Di ujung senja, angin mengusap permukaan air, menciptakan riak kecil yang berlarian menuju tepian.
~anginDi bawah langit yang teduh, ia bermain di antara ranting-ranting, menggoyangkan ilalang dengan sentuhan ringan. Kadang ia seperti bisikan halus yang menenangkan, membawa aroma tanah basah setelah hujan.
~angin puting beliungNamun, ada saat-saat di mana ia sedikit gelisah. Hembusannya yang biasanya lembut menjadi lebih kencang, menggoyangkan ranting-ranting dengan gerakan yang tak sabar. Daun-daun yang semula menari tenang kini beterbangan, seolah terkejut oleh desakan angin yang tiba-tiba berubah.
Tapi itu hanya sesaat. Seperti seseorang yang menahan amarahnya sebelum melepaskan napas panjang, angin pun kembali tenang. Ia kembali menyapa dunia dengan kelembutan, seakan meminta maaf atas gejolak yang barusan terjadi.
Ia tetap ada, meski tak selalu disadari—menemani, menghibur, dan sesekali mengingatkan bahwa ia bisa berubah, namun tak pernah benar-benar pergi.
twozero_
Komentar
Posting Komentar